"Ya aku disini, Bu. Segera pulang, bagaimana?" istriku terbiasa sekali menelponku saat aku pergi. Ia tahu jadwalku dengan detail. Tidak menjawab teleponnya berarti mala petaka. Ia seperti sekretaris pribadiku yang mengendalikan setiap langkahku.
" Yank ? dari ibu ?" tanya perempuanku sedih. Beberapa kali menyusun waktu bertemu untuk berdua hanya beberapa jam saja dengan perempuanku, selalu istriku, meneliti tiap menit menitku. Aku tak berdaya. Aku terpenjara. Aku menatap perempuanku, wajahnya sedih sekali.
" Ya. Ia meminta aku segera pulang." Aku membuang muka. Aku pengecut. Kenapa tidak kumatikan saja HP ku dan menikmati waktu bersama perempuanku?
" Yank, pulanglah! Antar aku ke pangkalan taksi dan aku pulang sendiri saja." katanya penuh duka. Ia mencoba tersenyum. Pedih. Kuraih jemarinya, kutumpahkan cintaku disana, dimata indahnya, kucurahkan rinduku di tatapnya ...
>>>
Saat ini hujan. Perempuanku selalu duduk disana, menghitung butiran hujan satu demi satu. Dan aku tahu benar apa yang dipikirkannya. Ia memikirkan aku, kemudian ia akan berjalan ke depan komputernya, duduk dan menuliskan cerita. Cerita-cerita tentang dia dan aku. Ia tak pernah merasakan kehadiranku, padahal setiap saat aku disampingnya, aku mengetahui semua kegiatannya. Apa yang dilakukannya. Kapan dia tidur, kapan dia bangun, kapan dia menangis dan memanggilku " Yank ", kapan dia menulis cerita tentang aku, kapan ia menghitung air hujan satu satu.
Aku tahu semua karena aku selalu disampingnya. Tapi ia tak pernah bisa melihatku. Bahkan ketika aku dengan lembut memeluknya dari belakang dan membisikkan kata rindu sambil membelainya. Ia tak pernah tahu. Ketika aku duduk di sampingnya dan memperhatikan ia menghitung air hujan satu satu, perempuanku tak pernah melihat kehadiranku. Saat aku menemaninya berjam-jam di malam yang sepi dan dia tidak sama sekali memicingkan mata karena memikirkan aku. Aku ingin sekali memanggil medium atau perantara seperti Whoopy, yang bisa mempertemukan dua kekasih dalam film Ghost, tapi aku tak mampu. Aku ingin sekali berbicara dan menggoda perempuanku dengan lagu " Yank hujan turun lagi " dan melihatnya tersenyum malu. Tapi aku tidak bisa. Padahal aku di dekatnya setiap saat.
Saat ini, perempuanku masih duduk di depan komputer, ia sedang mengetik cerita pendek tentang aku, tentang perjalananku setelah mengantarnya naik taksi dan aku terburu-buru pulang karena istriku marah, tentang kecelakaan dalam hujan yang merenggut nyawaku. Tentang smsnya yang tak pernah terbalas berhari-hari kemudian karena aku tidak bisa membalasnya dan sms itu terbaca istriku. Tentang akhir semua pertemuan sembunyiku dengannya. Tentang rasa rindu yang semakin sesakkan dada.
Saat ini aku di sampingnya, kubelai rambut panjangnya, kunikmati indah matanya yang terbuka. Ah perempuanku seandainya tidak terjadi kecelakaan itu, aku tak kan pernah bisa menungguimu setiap saat seperti ini. istriku tak kan pernah membiarkan ini terjadi. Tidak akan pernah.
Perempuanku, aku sangat mencintaimu dan akan selalu menjagamu di sini, di sampingmu dan menemanimu menghitung air hujan satu satu karena hanya engkaulah kekasihku ...