Tuesday, October 30, 2012

secangkir coklat panas

Perempuan itu menghirup coklat panasnya.
Menyesap segala rasa yang menyertai dengan perih menusuk dada.

Ia lalu melirik jam tangannya. Sudah 2 jam lebih dia di ruangan itu.
Sambil menghela nafas panjang ia melihat ke arah luar melalui jendela berbingkai lebar disampingnya.

Gerimis menyiram bumi. 
Irisan-irisan tipis air itu menerpa kaca yang membuatnya buram.
Juga membuat wajahnya kian muram.

Ini adalah cangkir kedua coklat panasnya. 
Untung saja ia ditemani alunan lagu yang dapat digunakan untuk membunuh sepi yang mengungkung.

Duduk diam memang sebuah pekerjaan yang membosankan, namun baginya, menanti sambil membaca kembali percakapan mereka, selalu menimbulkan sensasi tersendiri dan membuat waktu akan menjadi lebih bersahabat. Selama apapun itu.

Namun tak urung, setelah 2 jam berlalu dan tenggorokannya mulai terasa pahit setelah menelan dua cangkir gelas coklat, membuatnya sedikit senewen. Tapi tak apa, ia berusaha berdamai dengan diri sendiri. 
 
Demi lelaki itu, selalu saja ada pengecualian dan maaf tak bertepi.